Kamis, 30 April 2009

ASPEK IBADAT, LATIHAN SPIRITUIL DAN AJARAN MORAL

BAB III
ASPEK IBADAT, LATIHAN SPIRITUIL DAN
AJARAN MORAL
Manusia tersusun dari dua unsur, unsur jasmani dan unsure rohani. Tubuh. Manusia berasal dari materi dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan materil, sedangkan roh manusia bersifat immateri dan mempunyai kebutuhan spirituil. Badan, karena mempunyai hawa nafsu, bisa membawa pada kejahatan, sedang roh, karena berasal dari unsur yang suci, mengajak kepada kesucian. Oleh karena itu pendidikan jasmani manusia harus disempurnakan dengan pendidikan rohani. Pengembangan daya-daya jasmani seseorang tanpa dilengkapi dengan pengembangan daya rohani akan membuat hidupnya beratsebelah dan kehilangan keseimbangan. Oleh karena itu amatlah penting supaya roh yangada dalam diri manusia mendapat latihan, sebagaimana badan manusia juga mendapat latihan. Dalam Islam ibadatlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia itu. Semua ibadat yang ada dalam Islam, salat, puasa, haji dan zakat, bertujuan membuat roh manusia supaya senantiasa tidak lupa pada Tuhan,
bahkan senantiasa dekat pada-Nya.
Di antara ibadat Islam, sholatlah yang membawa manusia terdekat kepada Tuhan. Di dalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Tuhan dan dialog berlaku antara dua fihak yang saling berhadapan. Dalam shalat seseorang melakukan hal- hal berikut: memuja ke-Maha Sucian Tuhan, menyerahkan diri kepada Tuhan, memohon supaya dilindungi dari godaan syetan, memohon diberi ampun dan dibersihkan dari dosa, memohon supaya diberi petunjuk kepada jalan yang benar dan dijauhkan dari kesesatan dan perbuatan-perbuatan tidak baik, perbuatan-perbuatan jahat dan sebagainya. Dialog ini wajib diadakan lima kali sehari.
Puasa juga merupakan pensucian roh. Di bulan puasa dianjurkan pula supaya orang banyak bershalat dan membaca Al-Qur-an, yaitu hal-hal yang membawa orang dekat kepada Tuhan. Latihan ini disempurnakan dengan pernyataan rasa kasih kepada anggota masyarakat yang lemah kedudukan ekonominya dengan mengeluarkan zakat fitrah bagi mereka.
lbadat haji juga merupakan pensucian roh. Di dalam haji terdapat pula latihan rasa bersaudara antar semua manusia, tiada beda antara kaya dan miskin, raja dan rakyat biasa, antara besar dan kecil, semua sederajat.
Zakat, sungguhpun itu mengambil bentuk mengeluarkan sebagian dari harta untuk menolong fakir-miskin dan sebagainya juga merupakan pensucian roh.
Ibadat dalam Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembahBetul ayat 56 dari Surat Al-Zariat mengatakan : dan ini diartikan bahwa manusia diciptakan semata-mata untuk beribadat kepada Tuhan. Soal ibadah memang amat penting artinya dalam sejaran Islam, tetapi mestikah kata " " disini berarti beribadat, mengabdi atau menyembah ? Sebenarnya Tuhan tidak berhajat untuk disembah atau dipuja manusia. Tuhan adalah Maha Sempurna dan tak berhajat kepada apapun. Oleh karena itu kata " ” disini lebih tepat kalau diberi arti lain daripada arti beribadat, mengabdi, memuja, apalagi menyembah. Lebih tepat kelihatannya kalau kata itu diberi arti tunduk dan patuh dan kata memang mengandung arti tunduk dan patuh sehingga arti ayat itu menjadi : 'Tidak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk tunduk dan patuh kepadaKu ".
Dengan lain kata, manusia diciptakan Tuhan sebenarnya ialah untuk berbuat baik dan tidak untuk berbuat jahat, sungguhpun di dunia ada manusia yang memilih kejahatan.
Selanjutnya arti sembah dan sembahyang yang diberikan kepada" ” dan" " juga membawa kepada faham yang tidak tepat: Katasembahyang berasal dari suatu bahasa yang memakai falsafat lain dari falsafat Islam. Sembahyang mengandung arti menyembah kekuatan gaib dalam faham masyarakat animisme dan politeisme. Dalam falsafat masyarakat serupa ini kekuatan gaib yang demikian ditakuti dan mesti disembah dan diberi sesajen agar ia jangan murka dan jangan membawa bencana bagi alam.
Kata sembahyang yang mengandung arti demikian, ketika dibawa ke dalam konteks Islam, sebagai terjemahan bagi kata " " dan " ", menimbulkan perubahan dalam konsep Tuhan yang ada dalam Islam. Dalam Islam Tuhan bukanlah merupakan suatu zat yang ditakuti tetapi suatu zat yang dikasihi. Ini ternyata dari ucapan :
“ “, yang tiap hari berkali-kali dibaca umat Islam. Rahman dan Rahim berarti pengasih lagi Penyayang, jadi bukan Tuhan yang ditakuti, tetapi Tuhan yang dikasihi manusia. Tujuan ibadat dalam Islam bukanlah menyembah, tetapi mendekatkan diri kepada Tuhan


Shalat memang erat hubungannya dengan latihan moral : Ayat 45 dari
Surat Al-Ankabut menyatakan :
Salat mencegah orang dari perbuatan jahat dan tidak baik.
Demikian juga puasa dekat hubungannya dengan latihan moral. Ayat 183 dari Surat Al-Baqarah mengatakan :

Hai orang-orang yang percaya, berpuasa diwajibkan bagi kamu sebagai halnya dengan umat sebelum kamu. Semoga kamu menjadi manusia bertaqwa.
Mengenai haji, ayat 197 dari Surat Al-Baqarah :

Menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan haji orang tidak mengeluarkan ucapan-ucapan tidak senonoh, tidak boleh berbuat hal-hal tidak baik dan tidak boleh bertengkar.
Tentang zakat ayat 103 dari Surat Al-Taubah :
Menjelaskan bahwa zakat diambil dari harta untuk membersihkan dan mensucikan pemiliknya.
Demikianlah Al-Qur’an menjelaskan bahwa ibadat sebenarnya merupakan latihan spirituil dan moral dalam Islam membina manusia yang tidak kehilangan keseimbangan hidup, lagi berbudi pekerti luhur. Di samping latihan spirituil dan moral ini, Al-Qur’an dan juga membawa ajaran-ajaran atau norma-norma moral yang dilaksanakan dan dipegang setiap
orang Islam.
Ayat 58 dari Surat Al-Nisa’ :

mengajarkan supaya manusia mengetahui hak orang lain dan bersikap ikhlas terhadap hak itu. Ayat ini memerintahkan supaya amanat (hak yang dipercayakan kepada seseorang) diteruskan kepada yang berhak. Juga ayat ini mengajarkan supaya manusia berlaku adil.
Ayat 90 dari Surat Al-Nahl :

Disamping mengandung perintah supaya manusia bersikap adil, baik kepada orang dan menolong keluarga juga mengandung larangan berbuat tidak baik dan jahat.
Selanjutnya ayat 188 dari Surat Al-Baqarah mengatakan :

Janganlah kamu memakan harta orang lain dengan alasan palsu dan jangan bawa hal itu ke depan hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan harta orang lain dengan jalan tidak benar.
Ayat 24, 25 dan 26 dari Surat Ibrahim :

selanjutnya menerangkan bahwa kata-kata baik serupa dengan pohon subur yang akarnya teguh dan rantingnya meninggi ke langit bahwa kata-kata buruk serupa dengan pohon yang dekat mati akan tercabut dari tanah karena tak mempunyai dasa
Ayat 11 dan 12 dari Surat-Hujrat :



Lebih lanjut lagi mengajarkan hal-hal berikut : Janganlah mencemoohkan orang lain, karena mungkin lebih baik dari kita sendiri; jangan mencela orang lain, jangan memberi nama julukan tidak baik; jangan berburuk sangka, karena sebahagian buruk sangka merupakan dosa; jangan mencari-cari kesalahan orang dan jangan mengumpat orang. Semua ini adalah perbuatan-perbuatan tidak baik yang harus dijauhi.
Selain dari ajaran-ajaran akhlak, Al-Qur’an bahkan mengandung ajaran- ajaran bagaimana seharusnya tingkah laku seseorang dalam hidup sehari-hari. Janganlah mencemoohkan orang lain, karena mungkin lebih baik dari kita sendiri; jangan mencela orang lain, jangan memberi nama julukan tidak baik; jangan berburuk sangka, karena sebahagian buruk sangka merupakan dosa; jangan mencari-cari kesalahan orang dan jangan mengumpat orang. Semua ini adalah perbuatan-perbuatan tidak baik yang harus dijauhi. Demikianlah pentingnya budi-pekerti luhur dan tingkah laku sehari-hari dalam Islam, sehingga hal-hal itu disebut Tuhan dalam Al-Qur-an. Dan Nabi Muharnmad saw sendiri mengatakan bahwa beliau diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan ajaran-ajaran tentang budi-pekerti luhur. Beliau juga menerangkan : Tuhan telah menentukan Islam sebagai agamamu, maka hiasilah agama itu dengan budi-pekerti baik dan hati pemurah. Inti-sari ajaranajaran Islam,memang berkisar sekitar soal baik dan buruk, yaitu perbuatan mana yang bersifat baik dan membawa kepada kebahagiaan, dan perbuatan yang bersifat buruk atau jahat dan membawa kepada kemudaratan dan kesengsaraan. Untuk kebahagiaan manusia, perbuatan aik dikerjakan dan perbuatan jahat dijauhi.
Golongan Asy'ariah mengatakan bahwa soal baik dan tidak tak dapat diketahui oleh akal. Sekiranya wahyu tidak diturunkan Tuhan, manusia tidak akan dapat memperbedakan perbuatan buruk dari perbuatan baik. Wahyulah yang menentukan buruk-baik sesuatu perbuatan.
Kaum Mu'tazilah berpendapat bahwa akal manusia cukup kuat untuk mengetahui buruk-baiknya sesuatu perbuatan. Tanpa wahyu manusia dapat mengetahui bahwa mencuri adalah perbuatan buruk dan menolong sesame manusia adalah perbuatan baik. Hal itu tak diperlukan wahyu.
Sekianlah sekedar masalah baik dan buruk dalam teologi Islam. Di samping teologi, fikih atau hukum Islam sebenarnya juga memusatkan pembahasan pada soal baik dan buruk itu. Pengertian wajib, haram, sunat dan makruh hubungannya erat sekali dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk atau jahat. Ancaman yang berupa neraka dan janji yang berupa surga di akhirat, juga erat hubungannya dengan soal baik dan buruk ini. Orang yang berbuat baik di dunia ini akan masuk surga di akhirat, dan orang yang berbuat jahat akan masuk neraka. Jelas bahwa dalam Islam, soal baik dan buruk, di samping soal ketuhanan menjadi dasar agama yang penting. Ini demikian, karena yang ingin dibina Islam ialah manusia baik yang menjauhi perbuatan-perbuatan buruk atau jahat di dunia ini. Manusia serupa inilah sebenarnya yang dimaksud dengan
mu'min, muslim dan muttaqin (orang yang bertakwa). Mu'min ialah orang yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai sumber nilai-nilai yang bersifat absolut, muslim orang yang menyerahkan diri dan tunduk kepada Tuhan dan muttaqi atau orang bertaqwa adalah orang yang memelihara diri dari hukuman Tuhan di akhirat, Kata muttaqin dalam Al-Qur’an memang dihubungkan dengan nilat-nilai seperti suka menolong, sungguhpun si penolong sendiri berada dalam kekurangan, dapat menahan amarah, suka membei maaf kepada orang lain, menepati janji, sabar, tidak tinggi hati, suka kepada kebaikan dan benci pada kejahatan, berbuat baik kepada orang lain, jujur, suka pada kebenaran dan sebagainya.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan mu'min, muslim dan muttaqin sebenarnya adalah orang yang bermoral tinggi dan berbudi pekerti luhur. Tidak mengherankan kalau soal akhlak dan budi pekerti luhur memang merupakan ajaran yang penting sekali dalal Islam. Dan soal itu demikian pentingnya sehingga, bukan hanya ibadat shalat, puasa, zakat serta haji saja, tetapi juga hukum fikih dan konsep-konsep iman, Islam, surga, serta neraka, kesemuanya sebagai dilihat di atas, erat hubungannya dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia. Tujuan dasar dari semua ajaran-ajaran Islam memanglah untukmencegah manusia dari perbuatan buruk atau jahat dan selanjutnya untuk mendorong manusia kepada perbuatan perbuatan baik. Dari manusia-manusia baik dan berbudi pekerti luhurlah masyarakat baik dapat diwujudkan.

Tidak ada komentar: